Menuju Kemenangan
Karya : Lintang A.N.
“Sahur…. Sahur…. Sahur….” Ucap beberapa warga yang berkeliling di sekitar perumahan untuk membangunkan penghuni perumahan untuk makan sahur dan tak terkecuali keluargaku, memang tidak terasa ramadhan hari ke-30 tiba dan hari esok pun hari kemenangan. Ibuku sibuk masak makanan sahur untuk aku,ayah, dua adik perempuanku, dan ibuku. Akhirnya makanan untuk sahur pun matang. Makanan yang lengkap semua tersedia di meja makan. “Wah sudah matang.” Ucap wulan adikku “ Ya sudah, ayo kita makan, nani keburu imsak.” Kata ibuku Aku dan keluargaku pun makan sahur bersama. Setelah selesai makan sahur aku bertanya kepada ayahku “Yah, kapan mau ke rumah nenek di Jakarta?.” Tanya ku “Rencana ayah pagi ini, karena kan besok sudah idul fitri.” Jawab ayah dengan jelas “Ya sudah nanti ibu yang membereskan pakaian kalian.” Ucap ibu Adzan subuh pun terdengar jelas dengan suara lantang dan merdu yang diserukan oleh salah satu warga sekitar di musollah dekat rumahku. Ayah pun bergegas mengambil air wudhu dan berangkat ke musollah untuk shalat berjama’ah. Kecuali aku , ibu, dan dua adik perempuanku, kami shalat subuh berjama’ah dirumah. Setelah kami shalat subuh, ibuku sibuk menyiapkan pakaian-pakaian banyak karena kami akan bermalam untuk beberapa hari disana. “Ada yang bisa aku bantu bu?.” Tanya aku “ Tidak, sebentar lagi juga selasai.” Jawab ibu Tak sengaja aku melihat ayah sedang berdiam diri di depan teras rumah. Wajahnya tampak sedih, aku berusaha untuk menghiburnya. “Ayah, kenapa? Kelihatannya ayah tampak sedih?.” Tanyaku pelan-pelan “Iya, ayah lagi sedih.” Jawab ayah jelas “Sedih kenapa yah??.” Tanyaku lagi “Yah sedih karena ini ramadhan hari terakhir, tak ada lagi bulan yang penuh rahmat ini, bulan yang penuh berkah ini, bulan yang penuh ampunan ini. Mengapa ramadhan ini cepat berlalu??.’’ Jawab ayah. “Ya memang cepat ramadhan ini cepat berlalu, itu semua kan karena waktu yang terus berputar dan takkan pernah berhenti. Memang banyak orang yang sedih di dunia ini karena tidak ada lagi bulan yang suci ini. Tapi kita kan masih bisa berdo’a dan meminta kepada Allah S.W.T agar kita bisa panjang umur dan dipertemukan lagi dibulan ramadhan tahun depan.” Ucapku “Ya kita berdo’a saja ya nak, semoga kita semua bisa dipertemukan lagi dengan ramadhan tahun depan ya, Amiiiin….. makasih ya nak sudah menghibur ayah.” Ucap ayah Matahari pun sudah mulai tampak, keluargaku dan para tetanggaku sibuk untuk berangkat mudik karena hari inilah hari cuti bersama para karyawan. Setelah semua siap aku dan keluaraga berangkat menuju kota Jakarta. Aku kesana dengan mengendarai mobil besar, alias ‘BUS KOTA’. Disepanjang perjalanan di bus kota tampak sepi karena sedikit penumpang, yang aku dengar hanya mobil-mobil yang berlalu lalang di jalan tol, aku tampak asyik melihat pemandangan yang nan indah ciptaan Tuhan itu. Tak terasa aku dan keluargaku sampai di rumah nenek. “Assalamuallaikum…” Sapa kami “Waalaikumsallam.” Jawab penghuni rumah itu, yang tak lain adalah nenek, bibi, dan pamanku. “Eh orang Karawang sudah datang.” Ledek nenekku. “Bagaimana kabarnya bu??.” Tanya ayahku kepada nenekku sambil mencium tangan nenekku. “Alhamdulilah sehat.” Jawab nenekku “Bagaiman kabar cucu nenek? .‘’ Tanya nenekku kepada aku dan kedua adik perempuan ku. “Alhamdulilah baik nek.’’ Jawab kami kompak Aku dan keluarga pun istirahat sebentar. Setelah istirahat aku langsung main keluar rumah untuk berkunjung kerumah temanku karena sudah lama kita tak bersua. Sementara adik-adikku main bersama sepupu-sepupuku. Dan orang tuaku asik mengobrol dengan nenek, bibi, dan pamanku. Tak terasa wktu berjalan dengan cepat dan sebentar lagi waktu berbuka puasa. Akupun cepat-cepat pulang dan mandi. Setelah aku selesai mandi kami semu berkumpul di meja makan yang tidak terlalu besar. Banyak sekali makanan yang tersedia. Ada kolak, nasi, lauk, lalapan, es campur dan banyak lagi. Adzan magrib pun tiba, kami semua langsung berbuka puasa yang didahulukan dengan berdo’a dahulu. Setelah berdo’a kami langsung mengambil air wudhu untuk sholat magrib berjama’ah. Aku dan keluarga besarku sangat khusyuk shalatnya. Lau kami pun berdo’a, aku pun ikut berdo’a mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah S.W.T karena Ia telah memberi nikmat kepada kami sekeluarga yang kemungkinan orang lain tidak memiliki ini. Kami bersyukur apa yang telah kami dapatkan, yaitu kami diberi kesempatan untuk merasakan ramadhan tahun ini, kami dapat berkumpul lagi seperti tahun-tahun sebelumnya, diberi kesehatan, dan banyak lagi rasa syukur yang kami dapatkan. Kami tak lupa meminta kepada Allah S.W.T supaya di pertemukan lagi pada ramadhan dan idul fitri thum depan. Setelah kmi berdo’a kami pun sujud syukur kepada Allah S.W.T. shalat magrib pun selesai aku dan bibiku membantu nenekku untuk mengantarkan makanan khas lebaran yaitu ketupat dan sayur opor kepada saudara ku yang non islam agar mereka dapat merasakan masakan nenekku dan dapat merasakan suasana lebaran. Walaupun sedikit, yang penting kita berbagi. Malam pun tiba Suara-suara takbir, tahmid beriringan, menggema lewat pengeras suara. Membahana di seluruh jagad raya. Allahu Akbar/Allahu Akbar/Allahu Akbar/ Laa ilaaha illallah Wallahu Akbar/Allahu Akbar Wa Lillahil-hamd… Setelah kegiatan hari itu selesai aku masuk kamar nenekku dan berbaring sambil terkagum-kagum. ‘’ Subhanallah, betapa mulianya Allah S.W.T, nama besarNya di serukan oleh umatNya di seluruh dunia. Sebentar lagi kami semua menuju kemenagan. Dan hari esok lah kemenangan datang kepada umatNya yang beriman, yang menjalankan ibadah di bulan Ramadhan.” Ucapku. Aku pun tertidur pulas. Sayup-sayup adzan subuh sudah terdengar dikejauhan. Tanda kalau hari ini kami sudah mencapai hari yang penuh kemenangan, hari yang penuh kebahagiaan, hari yang tak akan pernah kami dapat rasakan selain hari ini. Allahu akbar…allahu akbar…allahu akbar… allahu akbar walillah ilham. Usai Subuh, aku pun terbangun. kubuka lebar-lebar pintu, jendela rumah nenekku. Ku sambut angin pagi yang menyejukkan. Ku tatap warga yang berduyun-duyun menuju lapangan bola yang lokasinya hanya lima puluh meter dari rumah nenekku. Aku dan keluarga besar ku pun siap-siap berangkat ke Masjid untuk shalat ied (idul fitri). Didalam masjid aku terdiam sembari berucap,’’ Ya Allah hindarkan aku dari sifat yang berlebih-lebihan, jadikanlah aku orang yang senantiasa menjalankan petunjuk-petunjukMu. Pertemukan aku pada hari kemenagan tahun depan. Amiin.” Setelah kami shalat ied, kami kembali kerumah dan kami pun bermaaf-maafan, usai maaf-memaafkan kami makan ketupat bersama. Usai makan bersama kami semua saling bersilaturahmi sekaligus bermaaf-maafan kepada para tetangga dan saudara-saudara kami yang tinggal di satu komplek. Aku terdiam sembari berucap, “Ya Allah, terima kasih telah Kau berikan hari yang indah ini. Hari kemenangan dalam hidupku.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar